Selasa, 04 Mei 2010

Health Info



ROKOK BAHAYAKAN JANTUNG ? OH NO !

Setiap manusia tentu memiliki motivasi kuat untuk sehat atau tidak mudah jatuh sakit. Bila kita membicarakan masalah sehat, maka kita tidak dapat lepas untuk membicarakan kerja jantung beserta bagian-bagiannya.

Jantung terdiri dari empat rongga, dua rongga di sebelah kanan dan dua rongga lagi di sebelah kiri. Kedua bagian jantung ini dibatasi pemisah (septum), sehingga jantung kanan tidak berhubungan langsung dengan jantung kiri. Sedangkan jantung dan kiri terdiri dari dua rongga pula, yakni serambi dan bilik. Serambi berfungsi menampung darah dari seluruh tubuh, yaitu serambi kanan berisi darah kotor atau darah yang sudah miskin oksigen, sedangkan serambi kiri menerima darah bersih dari paru-paru untuk kemudian dipompakan lagi ke seluruh tubuh.

Karena itu, jantung kiri dan kanan dipisah oleh sekat, sehingga darah yang berada di bagian kiri jantung tidak tercampur dengan yang berada di sebelah kanan. Seperti diungkapkan sebelumnya, jantung bagian kanan berisi darah kotor dan jantung kiri berisi darah bersih. Darah bersih yang berada di bagian kiri jantung mengandung banyak oksigen, karena darah baru mengambil oksigen dari paru-paru (istilah populernya dibersihkan).

Sementara itu, jantung harus bekerja sepanjang hidup, karena dengan hanya itulah terus-menerus darah dipompakan ke seluruh tubuh mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

Meskipun seseorang dalam keadaan diam atau istirahat, jantung tetap memompa. Satu kali berdenyut atau sekali pompa sebanyak 75 ml darah dialirkan. Andaikan dalam satu menit jantung berdenyut 60 kali, maka jumlah darah yang dipompakan adalah kelipatan dari 60 dengan 75, yaitu 4500 ml atau 4,5 liter. Kalau dihitung penuh selama 24 jam, dimana aktivitas dari 24 jam itu dibagi untuk tidur, duduk, bersantai, olahraga, berkendaraan, maka dapat dikalkulasikan jumlah darah yang dipompakan keluar sekitar 8.500 liter, sementara jantung berdenyut sekitar 105.600 kali sehari semalam. Kalau dinilai puluhan tahun, kerja jantung bukanlah suatu kerja yang ringan, melainkan sangat berat.

Serangan jantung akut sendiri adalah kematian otot-otot jantung yang disebabkan karena terhentinya pasokan darah ke otot jantung akibat tersumbatnya satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner oleh gumpalan darah. Gumpalan darah ini disebut trombus.

Tersumbatnya pembuluh koroner mengakibatkan otot-otot jantung yang diperdarahi tidak mendapat pasokan darah dengan segala nutrisi yang ada di dalamnya seperti glukosa, vitamin dan mineral, hormon-hormon dan elektrolit seperti natriun, kalium, magnesium, dan kalsium. Pasokan oksigen yang sangat diperlukan untuk hidupnya otot jantung juga akan berhenti. Matinya sebagian otot jantung ini akan mengakibatkan gangguan fungsi jantung sebagai pompa untuk memompakan darah ke seluruh tubuh, termasuk organ seperti hati (limpa), paru, ginjal, serta yang lainnya. Intinya adalah pasokan darah beserta zat makanan di dalamnya untuk kebutuhan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki akan terganggu.

Tergantung pada pembuluh koroner mana yang tersumbat, dan berapa pembuluh koroner yang tersumbat akan berdampak pada luasnya otot jantung yang mengalami kematian. Bila yang tersumbat itu pembuluh koroner utama (left main coronary artery), serangan jantung biasanya berakhir dengan kematian. Demikian juga bila yang tersumbat itu satu pembuluh koroner atau cabang dari pembuluh koroner yang ada biasanya penderita akan tertolong.

Hal ini juga tergantung pada pertolongan yang diberikan saat terjadinya serangan jantung. Dan ini berhubungan erat dengan waktu datang pasien ke unit darurat (emergency room). Bila pasien datang tidak lebih dari enam jam setelah dirasakannya gejala, biasanya pemberian terapi trombolitik akan sangat bermanfaat. Terapi trombolitik ini dimaksudkan untuk membuka kembali sumbatan koroner yang terjadi.

Gejala Serangan Jantung Akut

Penderita serangan jantung akut akan merasakan nyeri dada khas akibat terhentinya pasokan darah ke otot jantung yang diperdarahi oleh pembuluh koroner yang tersumbat. Bisa dikatakan, nyeri dada yang dirasakan pasien saat mengalami serangan jantung itu merupakan jeritan dari otot jantung yang terhenti pasokan oksigen dan zat makanan lain untuknya. “Hei, gue nggak dapat oksigen nih!” demikian kira-kira jeritan otot jantung tadi.

Macam-macam manifestasi nyeri dada dapat dirasakan. Mulai dari terasa terhimpit barang berat, rasa terbakar, rasa diremas, dipelintir, sampai rasa diiris-iris dengan pisau. Nyeri dada khas ini lebih dikenal dengan istilah angina pektoris. Biasanya ini berlangsung lebih dari 20 menit. Nyeri dada ini tidak hilang hanya dengan istirahat, dan juga tidak hilang dengan pemberian obat nitrat di bawah lidah. Rasa nyeri di dada ini sering menjalar ke lengan kiri sampai ke jari-jari tangan.

Terasa tembus sampai ke punggung dan dapat pula sampai ke leher sehingga terasa seperti dicekik dan dapat pula ke rahang bawah. Nyeri angina ini dapat juga seperti keluhan penderita sakit lambung (maag), yaitu berupa rasa nyeri di ulu hati. Sering juga dikeluhkan oleh pasien sebagai rasa sukar bernafas.

Serangan jantung akut ini biasanya diikuti dengan keringat yang bercucuran yang sering melebihi pekerja berat. Tapi juga dikeluhkan sebagai keringat dingin yang dapat membasahi pakaian penderita.

Di samping itu, ada juga serangan jantung yang seolah-olah tanpa gejala. Pasien hanya merasakan tak enak di dada. Keadaan ini dikenal sebagai silent myocardial infarction. Diagnosa biasanya ditegakkan dokter berdasarkan hasil rekaman listrik jantung (EKG) waktu datang ke ruang emergensi dan kenaikan enzim jantung. Ini sering terdapat pada penderita dengan diabetes mellitus (DM).

Kiat Mencegah Serangan Jantung

Usaha pencegahan seharusnya telah dimulai sejak dini, karena proses penyempitan pembuluh darah koroner berdasarkan penelitian sudah dapat terjadi sejak usia 5-12 tahun. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menjalani pola hidup sehat, yakni menghindari faktor-faktor risiko yang mengakibatkan jantung koroner seperti merokok, tekanan darah tinggi, DM, kolesterol darah tinggi, obesitas (kegemukan), dan stres psikologis. Merokok termasuk faktor risiko utama penyakit jantung koroner (PJK).

Bila seseorang telah dinyatakan menderita PJK, jangan merasa panik. Yang penting adalah penderita memeriksakan diri dengan benar untuk mendapatkan pengobatan yang semestinya. Selanjutnya adalah penting untuk mengontrol faktor-faktor risiko untuk mencegah serangan jantung selanjutnya yang dapat berakibat fatal. Perlu juga dihindari faktor pencetus seperti aktifitas fisik yang berlebihan dan stres emosional, walaupun 50% serangan jantung dapat terjadi tanpa faktor pencetus.

Faktor pencetus ini dapat mengakibatkan pecahnya tumpukan lemak dan bermacam-macam bahan kimia yang mengakibatkan penyempitan tersebut (plak ateroklerosis), sehingga terbentuk jendalan darah (trombus) yang dapat menyumbat pembuluh darah koroner yang bersangkutan. Di samping itu, sangat perlu memeriksakan diri ke dokter secara teratur dan memakan obat-obat yang diberikan. Kontrol teratur diperlukan untuk menilai progesifitas PJK agar obat-obat dapat disesuaikan. Bila perlu dilakukan tindakan intervensi seperti kateterisasi jantung. Untuk selanjutnya dapat dipertimbangkan tindakan pembalonan (PTCA) dengan atau tanpa Sten atau bedah pintas koroner.

Gaya Hidup

Upaya seseorang untuk menghindari PJK bagi yang belum menderita PJK, atau seseorang yang telah menderita penyakit jantung iskemi namun tidak berlanjut menjadi serangan jantung, atau berakhir dengan kematian mendadak, adalah dengan menjauhi gaya hidup PJK yang berisiko tinggi. Ada enam langkah yang harus dilakukan : pertama, bila anda perokok, berhentilah merokok sekarang juga ; kedua bila anda menderita kolesterol tinggi, lakukan diet rendah kolesterol dengan membatasi bahan makanan yang berkolesterol tinggi ; ketiga, bila anda menderita tekanan darah tinggi, kontrol tekanan darah dengan membatasi garam atau berkonsultasilah dengan dokter anda ; keempat, bila anda menderita DM, minta nasihat dokter anda untuk dapat mengontrol gula darah anda ; kelima, atasi stres psikologis bila kehidupan dan pekerjaan anda menyebabkan stres psikologi yang tinggi ; terakhir, berolahraga teratur, mintalah nasihat pada dokter keluarga atau spesialis jantung dan pembuluh darah anda.

Kebiasaan Merokok

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 di antaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, terutama jantung kita. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.

Definisi tar sendiri adalah hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, sementara nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Sedangkan karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, dan membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Lebih jauh, efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok (perokok pasif) mengalami risiko kemungkinan menderita penyakit dibanding yang tidak mengisap asap rokok. Adapun perbandingannya adalah 14 kali menderita kanker paru-paru, mulut dan tenggorokan, empat kali menderita kanker esophagus, dua kali menderita kanker kandung kemih, dan dua kali terkena serangan jantung.

Rokok juga meningkatkan risiko kefatalan bagi penderita pneumonia, gagal jantung, tekanan darah tinggi, abortus, bayi lahir prematur, bayi lahir cacat, dan impoten.

Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok, tapi secara tidak sadar mengisap asap rokok dari lingkungannya. Terbukti dari penelitian yang diadakan akan mengalami risiko yang lebih besar dari perokok aktif.

Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak akan membantu, karena untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok cenderung menyedot asap rokok secara lebih keras, lebih dalam dan lebih lama.

Rokok dan Penyakit Jantung

Berhenti merokok bagi penderita PJK sangat penting untuk mencegah progesifitas penyakit. Dari penderita PJK yang telah dibuktikan dengan angiografi koroner, angka kematian dalam lima tahun pada perokok akibat infark miokard lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang telah berhenti merokok.

Berhenti merokok mengurangi risiko kejadian koroner (coronary avent), baik pada orang tua maupun penderita PJK. Pasien perokok yang selamat dari penyakit jantung, setelah keluar dari rumah sakit mempunyai kemungkinan untuk mendapat serangan ulang dalam tiga tahun bila mereka berhenti merokok dibandingkan dengan penderita yang masih merokok.

Terdapat hubungan yang kuat antara risiko PJK dan merokok, serta risiko yang timbul lebih banyak dari jumlah rokok yang dihisap per hari dibandingkan lamanya merokok. Berita baik yang dapat digunakan untuk memotivasi orang agar berhenti merokok adalah bukti bahwa pada perokok yang telah satu tahun berhenti merokok, risiko terhadap infark miokard menurun pada tingkat yang hampir sama dengan orang yang tidak pernah merokok.

Dilaporkan pula, merokok lebih meningkatkan kejadian iskemi daripada progressi ateroklerosis. Sesungguhnya merokok dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen miokard dan peningkatan energi sebesar 10 persen. Selain juga dapat menyebabkan penurunan aliran darah koroner yang disebabkan karena meningkatnya “alfa adrenergik” pada tonus koroner dan meningkatkan iskemi miokard.

Merokok juga dapat mengurangi efektivitas obat anti angina. Peningkatan kemampuan latihan dan penurunan serangan angina terjadi bila berhenti merokok pada penderita yang mendapat obat beta blocker dan nifedipin. Mekanisme dari perburukan simpton dan penurunan kapasitas latihan kemungkinan disebabkan karena pengurangan pasokan oksigen ke miokard.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar